-->

Teenager (BBC.UK)

Original Witter: Julianto Simanjuntak

 Masa remaja mengalami rentang waktu sekitar 10 tahun, yang terbagi dalam:
(a) Fase remaja awal (10-13 tahun)
(b) Fase remaja tengah (14-17 tahun)
(c) Fase remaja akhir ( 18-21 tahun)
 
Dalam sebuah survai terhadap 27.000 orang yang berusia 12-19 tahun dari seluruh dunia ditemukan, generasi remaja masa kini dicirikan oleh beberapa hal :
(1). Sangat berpusat pada diri dan memuaskan keinginannya tanpa pikir panjang (instant gratification). Mereka terbiasa dengan musik keras, tato, dll. Mereka kurang dalam hal leadership, inisiatif, motivasi, dan komitmen. Bunuh diri yang banyak terjadi pada generasi ini menjadi alasan yang diambil saat mereka mengalami situasi sulit.
(2) Mereka percaya bahwa menjadi sukses tergantung diri mereka sendiri. Mencari kerja yang baik menjadi prioritas mereka.
(3) Dalam kehidupan yang sangat sulit mereka merindukan keluarga mereka sebagai tempat mereka menghadapi kesulitan hidup.
(4) Mereka membutuhkan identifikasi pada kebutuhan pasar, seperti memakai sepatu atlet terkenal, minum Coca Cola, dll.
(5) Remaja sekarang terbiasa shopping. Mereka membeli barang yang mereka inginkan, bukan yang dibutuhkan. Ironisnya contoh ini mereka dapatkan dari orang tua dan pengaruh iklan yang luar biasa.
(6) Mereka sangat senang melakukan perjalanan dan petualangan, termasuk menjelajah lewat internet.
(7) Mereka senang mengoleksi CD, menonton televisi, chatting, dll. Akhirnya kecanduan media.
(8) Di sisi lain mereka generasi yang sangat merindukan bisa hidup senang dan bahagia.


Menjembatani Gap 

Salah satu penyebab utama konflik orang tua dan remaja adalah adanya perbedaan antar generasi. Perbedaan ini melibatkan kepercayaan, emosi, dan pilihan-pilihan. Hal-hal ini telah menghasilkan salah pengertian, ketegangan, dan konflik terbuka antaranggota keluarga. Konflik dapat muncul dari segala macam isu. Mulai masalah memutuskan hal keuangan, memilih baju, model rambut, rekreasi, dan hal-hal religius, musik, makanan, atau masalah moral.
Untuk mengatasi gap ini ada tiga hal yang perlu kita lakukan. Pertama, memahami remaja. Kita belajar toleransi kepada remaja kita yang berbeda dengan kita, termasuk menerima dan memahami pandangan mereka yang lain dengan kita. Kedua, menerima remaja apa adanya. Ketiga, memaafkan remaja dengan cara selalu memberinya kesempatan kedua. Tidak jarang remaja menyakiti kita, namun berikanlah dia maaf dan kesempatan belajar dari kesalahannya.

Remaja Dulu dan Sekarang:
Persamaan dan Perbedaannya

Secara umum, semua manusia yang memasuki usia remaja, sejak dulu hingga sekarang, memiliki persamaan, yaitu:

Persamaan

Perubahan fisik dan mental 
Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, yang dicirikan dengan penambahan berat, perubahan konfigurasi anggota-anggota tubuh (mulai serasi dan pas), mematangnya organ-organ reproduktif, dan tumbuhnya tanda-tanda seksual sekunder seperti kumis dan jenggot pada pria dan buah dada pada wanita.
Perubahan-perubahan hormonal ini diiringi oleh bertambah perasa-nya si remaja (lebih moody), meningginya rasa tertarik pada lawan jenis dan menaiknya level agresi (ingin atau senang berkelahi).
Remaja putri yang matang lebih awal akan mengalami stress yang bertambah. Kalau dia terlihat gemuk, akan mengundang komentar dari teman-temannya dan mengganggu dirinya (misalnya ejekan teman, ”Montok, nih ye…”). Akibatnya ia cenderung bergaul dengan kawan yang berusia di atasnya. Hal ini memperbesar kemungkinan ia akan merokok, minum alkohol, menggunakan obat terlarang, dan terlibat hubungan seksualitas.
Ia juga relatif sering konflik dengan orang tua. Hal ini membuatnya enggan bertanya pada orang tuanya. Pada masa ini teman prianya mulai tertarik padanya. Padahal, ia belum siap menghadapi tekanan-tekanan ini. Ada bukti, pada masa ini mereka cenderung mengalami gangguan psikologis yang lebih banyak dibanding dengan dari remaja putri yang matang sesuai usianya, misalnya gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan makan (semuanya tergolong gangguan internal).

 Kebutuhan untuk diterima
Teman sebaya merupakan sumber harga diri terbesar bagi seorang remaja. Itu sebabnya mereka mudah terjebak pada teman. Misalnya seorang anak yang alim di rumah atau rajin sekolah minggu, terjebak minum dengan temannya, bahkan ke pelacuran. Karena itu, nilai iman yang ditanamkan sejak dini dapat mencegah dia terjerumus lebih dalam.

 Berpikir logis 
Remaja umumnya lebih mampu mengemukakan alasan untuk berargumentasi dengan orang tua sebab mereka sudah bisa berpikir abstrak. Pertumbuhan intelektual yang cepat dan banyaknya informasi yang mereka terima, membuat anak remaja merasa diri lebih benar daripada orang tuanya.

 Senang dengan teman sebaya 
Ia juga makin dekat dan mementingkan teman sebayanya. Mereka membangun persetujuan bersama yang sangat mereka pegang (pakaian, rambut, musik, dll). Akibatnya mereka lebih senang dengan orang yang menyetujui ide mereka.

Mereka mulai menguji nilai, nasihat, dan iman orang tua 
Mereka sangat bergumul dengan nilai-nilai orang tua mereka yang dianggap ortodoks. Orang tua yang bijak akan berusaha menjelaskan iman pribadinya tanpa sikap otoriter, kemudian mendorong anaknya mencari dan memiliki keyakinan pribadi. Orang tua perlu memberikan kesempatan lewat dialog yang terus-menerus agar iman dan sikap terhadap nilai-nilai yang benar terbentuk dalam diri anak.
Tujuan orang tua bukanlah memberikan jawaban yang mudah, tetapi menguatkan anak untuk mencari jalan hidup mereka tanpa didikte. Orang tua perlu mendorong setiap anak menjadi seperti Samuel, yang sejak kecil selalu terbiasa berkata kepada Allah, “Berbicaralah Tuhan, hamba-Mu ini siap mendengar.” Orang-orang yang besar di dalam dunia ini adalah orang-orang yang peka dan terbuka terhadap suara dan panggilan Ilahi.

Perbedaan

Teknologi. Dulu anak remaja hanya hidup dengan radio dan TV. Sekarang mereka terbiasa diperhadapkan dengan TV Kabel, Satelit, Internet yang menciptakan dunia global yang tidak dialami remaja masa lampau. Mereka punya akses TV ke seluruh kebudayaan. Segala jenis kebutuhan mereka menyangkut hiburan, musik, mode, dll, terpenuhi. CD, VCD, MP3 sahabat mereka sehari-hari. Sayangnya, jika tidak ada filter atau yang menyaring nilai yang mereka serap dari media TV, Internet dsb, bagaimana mereka dapat memahami mana yang etis dan yang tidak; berkenan pada Tuhan atau tidak. Teknologi yang ada membuat remaja anda bersentuhan dengan dunia, dan dunia menyentuh kehidupan remaja Anda. Remaja masa kini dibukakan lebih jauh rangsangan budaya lebih daripada orang tua-nya.

 Mengenali kekerasan. Perbedaan kedua adalah pengenalan akan kekerasan manusia. Banyak kekerasan diberitakan di media bioskop, film, TV, lagu, novel, cergam, dll. Anak remaja senang film action yang penuh kekerasan. Mereka tidak menyadari dampak langsung atau tidak dari media, sebab itu sudah terlalu biasa bagi mereka. Tidak jarang mereka melihat langsung perkelahian antar sekolah/remaja. Jadi janganlah heran jika makin banyak anak remaja yang terlibat kekerasan dan pembunuhan.

 Keluarga yang retak. Empat dari 10 remaja Amerika (39%) hidup atau tinggal hanya dengan satu orang tua saja. Delapan dari 10 kasus ini, yang absen adalah ayah. Kaum sosiologis mengatakan, “Belum pernah sebelumnya keluarga kita begitu berubah. Makin banyak wanita karir, single parents, kawin cerai, pasangan tanpa anak, kumpul kebo dan gay yang mengangkat anak.”
Keluarga masa kini sudah jarang hidup dalam extended family (keluarga batih), tetapi hanya pada keluarga inti. Di samping itu keluarga makin jauh dengan tetangganya. Dulu remaja kita bisa mengandalkan tetangga, gereja, keluarga batihnya, sekarang tidak lagi.

 Pengertian dan Informasi Tentang Seks. Remaja masa kini tumbuh dalam sebuah dunia tanpa aturan seks. Bioskop, media cetak, TV dan musik cenderung mengidentikkan seks dengan cinta. Media melukiskan seks sebagai bagian terpenting dari pacaran yang baik/signifikan. Tidak heran makin banyak remaja sangat aktif dalam melakukan hubungan seks. Remaja yang tidak aktif dalam melakukan aktifitas seksual malah menjadi bingung dan bertanya tanya, “Apakah saya ini normal, ada apa dengan diriku?”,
“Apakah aku ada kekurangan yang penting?”
Di pihak lain, dalam diri mereka yang aktif melakukan seks di luar pernikahan, timbul perasaan bersalah.

 Nilai-nilai Moral dan Agama. Pada masa ini, kehidupan moral dan agama sudah bukan lagi hal penting. Remaja makin sulit mendefinisikan moral dan agama. Dulu remaja mudah membedakan mana bermoral dan yang tidak. Sekarang batasnya sangat tipis. Bermoral atau tidak bukan lagi didasarkan pada Kitab Suci, tapi pada pendapat orang lain. Remaja tumbuh tanpa nilai-nilai moral dan nilai kesucian. Mereka menganggap baik kalau kebanyakan temannya bilang itu baik. Jadi nilai moral dan nilai baik sangat relatif.


Orang Tua Harapan Remaja

Dalam situasi remaja yang krisis ini mereka sangat butuh pendampingan orang tua. Salah satu survai menunjukkan banyak remaja melaporkan bahwa orang tua mereka punya pengaruh besar dalam hidup mereka dibandingkan teman, khususnya dalam hal: mencari sekolah, mengikuti ibadah, mengerjakan pekerjaan rumah, soal makan dan kesehatan serta dalam merencanakan karir. Sedangkan teman-teman mereka lebih berpengaruh pada bidang yang sifatnya segera (sekarang) seperti: model baju, model rambut. Soal bolos atau tidak dari sekolah dan memilih pacar atau sahabat dekat.
Yang terpenting adalah jangan lupa bahwa kita pernah remaja. Kita harus sadar bahwa menjadi remaja merupakan bagian pertumbuhan kita yang paling sulit. Sebagai orang tua, kita perlu menolong remaja untuk memiliki tujuan. Apa pun yang mereka lakukan, pikirkan tujuannya. Jika sejak preteen anak dibiasakan berpikir berdasarkan tujuan, orientasi kegiatan mereka selalu pada tujuan. Dalam hidup kita akan dihadapkan pada sangat banyak pilihan dan pengambilan keputusan. Kalau kita membiasakan diri memiliki tujuan, kita terlatih berpikir kritis dan tidak impulsif.
Selain memikirkan tujuan dari segala sesuatu, remaja juga perlu mengerti masalah spiritual. Tugas orang tualah mengenalkan Tuhan kepada remajanya dan menolong mereka menerima pengampunan Kristus. Iman yang bertumbuh akan membuat remaja kita memikirkan ”apa kata Tuhan kalau aku melakukan ini”. Inilah yang menjadi arah dalam pembangunan karakter dan pagar dalam pergaulan mereka nantinya.
Berkomunikasi dengan remaja tentu berbeda dengan ketika mereka masih lebih kecil. Jika sebelumnya orang tua harus menunjukkan otoritas mereka, sekarang saatnya orang tua bertindak sebagai teman. Pengambilan keputusan tidak lagi dengan kata ”pokoknya”, melainkan dengan diskusi dan negosiasi. Kita wajib menghargai perasaan dan keputusan mereka.
Sebagai orang tua dan pembina remaja ada beberapa sifat yang kita perlu bangun dalam diri kita, yaitu:
a. Dapat menoleransi paradoks dalam diri remaja. Anak remaja sering suka berjanji namun tidak dapat menepatinya. Kita perlu belajar menerima mereka apa adanya.
b. Mempunyai rasa humor. Sebab humor menjadi sarana komunikasi yang sangat efektif dengan remaja. Anak remaja suka ngobrol dan bercanda.
c. Fleksibel. Kita bisa menyesuaikan diri dengan remaja. Perubahan pada mereka sering begitu cepat. Kalau nasehat kita tidak diterima, jangan cepat kecewa.

Tips 
10 hal yang disukai remaja dari orang tua
1) Orang tua yang tidak bertengkar di depan mereka.
2) Orang tua yang berlaku adil terhadap semua anak;
3) Orang tua yang jujur;
4) Orang tua yang toleran terhadap orang lain;
5) Orang tua yang menyambut teman-teman mereka dengan hangat;
6) Orang tua yang membangun tim kerja yang baik dengan anak-anak;
7) Orang tua yang menjawab pertanyaan mereka;
8) Orang tua yang memberikan hukuman saat dibutuhkan, tapi tidak di depan orang lain;
9) Orang tua yang lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang baik daripada kelemahan.
10) Orang tua yang konsisten

Judul Perbedaan Remaja Dulu dan Sekarang: Keunikan, Kebutuhan dan Memotivasinya
Author
Author Rating
4/ 5 Suara Dari 1201 Ulasan

0 Tanggapan:

Post a Comment

Warning!
1. Dilarang komentar diluar topik (OOT) Out Of Topik
2. Dilarang menyisipkan link mati atau link hidup
3. Komentar yang tidak disukai admin akan di hapus

 
Top